uberpreneurs.com

uberpreneurs.com – Industri kelapa sawit Indonesia, yang merupakan sektor penting dalam ekonomi nasional, menghadapi tantangan baru terkait dengan ketegangan geopolitik yang terjadi di Timur Tengah. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyerukan tindakan pemerintah untuk mengatasi konsekuensi yang mungkin timbul dari konflik yang berlangsung antara Israel dan Iran.

Pemantauan Situasi Global oleh Gapki

Eddy Martono, Ketua Umum Gapki, telah mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap kondisi saat ini yang mempengaruhi industri sawit. Dengan berbagai masalah yang bertubi-tubi, seperti perang yang berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina, serta konflik di Timur Tengah yang belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian, tekanan terhadap sektor ini terus bertambah.

Eddy menegaskan bahwa situasi ini, termasuk ketidakstabilan yang diakibatkan oleh konflik Israel-Iran, sangat memengaruhi ekonomi global dan khususnya sektor kelapa sawit. Pada perhelatan Halalbihalal Gapki yang diadakan di Shangri-La, Jakarta, ia menekankan pentingnya pemerintah untuk merespon dengan kebijakan yang tepat demi menjaga daya saing minyak sawit Indonesia di pasar internasional.

Pengaruh Pada Ekonomi Negara Konsumen

Lebih lanjut, Eddy menyoroti kondisi ekonomi China, sebagai konsumen terbesar minyak sawit Indonesia, yang masih berjuang untuk mengatasi perlambatan ekonomi mereka. Perlambatan ini dapat memiliki efek negatif terhadap permintaan dan harga minyak sawit, yang akan berdampak langsung pada produsen di Indonesia.

Kinerja Produksi Sawit Menurun

Dari sisi produksi, Gapki melaporkan penurunan produksi crude palm oil (CPO) di Indonesia sebesar 8,25 persen pada Februari 2024. Eddy mencatat adanya penurunan produksi CPO dari 4.232 ribu ton pada Januari 2024 menjadi 3.883 ribu ton pada bulan berikutnya, yang sebagian ia atributkan pada jumlah hari kerja yang lebih sedikit di bulan Februari.

Penurunan Nilai Ekspor

Dalam hal ekspor, nilai penjualan sawit dan produk turunannya juga mengalami penurunan, dari US$2.304 juta di bulan sebelumnya menjadi US$1.808 juta. Penurunan ini menandakan adanya dampak yang signifikan pada sektor ekspor sawit Indonesia.

Gejolak Geopolitik Meningkat

Sementara itu, ketegangan di Timur Tengah semakin meningkat dengan adanya aksi militer yang saling bertukar antara Israel dan Iran. Eskalasi ini ditandai dengan serangan yang dilakukan Israel terhadap kantor konsulat Iran di Damaskus, yang memprovokasi serangan balasan berupa hujan drone dari Iran ke Israel. Konfrontasi ini tidak hanya menyebabkan kematian beberapa petinggi Garda Revolusi Iran tetapi juga memicu serangan balik yang diduga dilakukan oleh Israel ke wilayah di dekat Kota Isfahan.

Gapki mendesak pemerintah untuk segera bertindak menghadapi ketidakstabilan geopolitik yang berpotensi mengganggu ekonomi global dan khususnya industri kelapa sawit. Diperlukan respons yang strategis dan kebijakan yang tepat guna menjaga kelangsungan dan daya saing industri sawit Indonesia di tengah ketidakpastian politik global.