uberpreneurs.com

uberpreneurs.com – Indonesia berkomitmen pada pengembangan energi hijau melalui inisiatif terbarunya, yaitu mengonversi minyak jelantah menjadi bahan bakar pesawat yang ramah lingkungan, dikenal sebagai Sustainable Aviation Fuel (SAF). Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, telah mengumumkan rencana besar ini sebagai langkah maju dalam industri energi berkelanjutan.

Dalam presentasi terbaru, Luhut menyoroti bahwa Indonesia memiliki potensi besar dengan pasokan 1 juta liter minyak jelantah per tahun, yang mayoritas saat ini diekspor. Rencana ini diharapkan tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga memperkuat sektor aviasi dengan bahan bakar yang lebih berkelanjutan.

Penggunaan SAF sudah menjadi tren global dengan negara-negara seperti Singapura dan Malaysia yang telah memulai produksi lokal. Luhut dalam unggahannya di Instagram menyatakan, “Minyak jelantah bisa diolah menjadi bahan bakar industri aviasi, sebuah praktik yang sudah lumrah di beberapa negara tetangga kita.”

Berdasarkan data dari International Air Transport Association (IATA), Indonesia diperkirakan akan menjadi pasar aviasi terbesar keempat di dunia dalam beberapa dekade mendatang. Kebutuhan bahan bakar diperkirakan mencapai 7.500 ton liter hingga tahun 2030, menandai pentingnya transisi ke sumber bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Luhut menginformasikan bahwa pemerintah sedang menyiapkan Peraturan Presiden untuk mendukung pengembangan SAF. Bahan bakar ini direncanakan akan diluncurkan di Bali Air Show 2024 pada bulan September, menandai langkah besar dalam penerapan energi hijau di sektor transportasi udara.

Pertamina, sebagai pemimpin transisi energi, telah melakukan uji coba statis sukses menggunakan SAF pada mesin jet CFM56-7B, membuktikan kelayakan penggunaannya di pesawat komersil.

Pengembangan SAF diharapkan tidak hanya mengurangi emisi karbon tetapi juga memicu investasi lebih lanjut dalam produksi biofuel, baik dari swasta maupun BUMN, dengan estimasi keuntungan lebih dari Rp 12 triliun per tahun dari penjualan domestik dan ekspor.

Inisiatif ini menandai langkah penting dalam upaya Indonesia mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan memajukan penggunaan energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan dalam industri aviasi.