uberpreneurs.com – Banyak pelanggan merasa kesulitan saat ingin berhenti dari layanan langganan otomatis. Proses pembatalan yang tersembunyi, halaman yang berbelit, dan antrian telepon panjang membuat sebagian dari mereka menyerah. Akhirnya, mereka tetap membayar layanan yang sebenarnya tidak lagi dibutuhkan.
Untuk menjawab keresahan itu, Komisi Perdagangan Federal (FTC) merancang aturan “Click to Cancel”. Aturan ini mewajibkan perusahaan memberikan opsi pembatalan semudah proses pendaftaran. Namun, seminggu sebelum diberlakukan, pengadilan banding membatalkan aturan tersebut karena alasan teknis.
Bisnis Besar Melawan Aturan yang Dinilai Merugikan
FTC mulai merancang aturan ini sejak 2019. Fokus utamanya adalah praktik negative option, yakni langganan otomatis yang diperpanjang tanpa konfirmasi ulang. Awalnya, praktik ini populer di klub buku dan rekaman, namun kini sudah digunakan oleh banyak layanan digital.
Aturan yang diajukan FTC mengharuskan perusahaan menyampaikan informasi biaya dan syarat dengan jelas. Perusahaan juga wajib meminta persetujuan eksplisit dan menyediakan cara pembatalan yang sederhana. Sayangnya, gugatan dari Kamar Dagang AS dan kelompok bisnis besar menggagalkan rencana tersebut.
Jutaan Konsumen Terjebak Langganan yang Tak Diperlukan
Survei JPMorgan Chase mencatat bahwa 75% responden merasa membuang lebih dari $50 per bulan untuk langganan yang tidak lagi digunakan. Lansia dan orang tua menjadi kelompok yang paling sering terjebak dalam langganan otomatis. Banyak dari mereka kesulitan menavigasi proses pembatalan yang kompleks secara daring.
FTC bahkan menyoroti perusahaan seperti Amazon yang sengaja menyulitkan proses keluar dari layanan Amazon Prime. Prosedur rumit ini dikenal secara internal sebagai “Iliad flow”, yang merujuk pada kisah epik yang panjang dan melelahkan.
Mengapa Perusahaan Tak Mau Membuat Prosesnya Mudah?
FTC menemukan bahwa perusahaan seperti Amazon menolak perbaikan proses pembatalan karena bisa menurunkan angka pelanggan. Saat sistem menjadi lebih jelas, jumlah pendaftar baru menurun. Ini membuat para petinggi perusahaan membatalkan perbaikan yang sebelumnya sudah dirancang.
Sementara itu, kelompok bisnis berdalih bahwa langganan otomatis membantu pelanggan yang sibuk. Mereka menilai sistem ini mempermudah hidup banyak orang. Meski begitu, kenyataannya banyak konsumen yang tidak sadar mereka masih aktif berlangganan.
FTC Masih Mencari Jalan Lain
Meski aturan dibatalkan, FTC belum menyerah. Mereka menyatakan masih mempertimbangkan langkah lanjutan. Selain itu, FTC juga menggugat beberapa perusahaan besar seperti Adobe dan Uber atas praktik langganan yang menyesatkan.
Model langganan kini menjadi sumber pendapatan utama banyak perusahaan. Mereka sengaja menyusun strategi agar pelanggan mudah masuk, tapi sulit keluar. Ketua FTC sebelumnya, Lina Khan, mengatakan bahwa perusahaan ingin membuat pembatalan sesulit mungkin demi menjaga pendapatan rutin.
Putusan pengadilan kali ini memberi keuntungan bagi perusahaan besar. Namun, FTC tetap memikul tanggung jawab untuk melindungi konsumen dari sistem langganan yang terlalu licin dan rumit. Pertarungan belum selesai, dan suara publik masih sangat dibutuhkan untuk mendorong transparansi layanan digital.