https://uberpreneurs.com/
https://uberpreneurs.com/

uberpreneurs.com – Upaya Donald Trump untuk memfasilitasi normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan Arab Saudi telah menjadi salah satu prioritas dalam kebijakan luar negeri pemerintahannya, namun hingga kini hasilnya tidak sesuai harapan. Meskipun ada kemajuan dalam hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab, seperti Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain melalui perjanjian Abraham, kesepakatan dengan Arab Saudi tetap menghadapi hambatan besar. Salah satu alasan utama adalah hubungan Saudi dengan Palestina yang masih menjadi isu sensitif dalam politik domestik dan internasional.

Arab Saudi, meskipun telah menunjukkan beberapa sinyal positif terhadap normalisasi hubungan dengan Israel, tetap menjaga posisinya yang mendukung Palestina. Pendirian Saudi yang kuat terhadap hak-hak Palestina membuat normalisasi dengan Israel terasa lebih kompleks, mengingat ekspektasi masyarakat Arab dan dunia Muslim yang menginginkan penyelesaian masalah Palestina terlebih dahulu. Di samping itu, keluarga kerajaan Saudi juga menghadapi tekanan dari elemen-elemen konservatif di dalam negeri yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip tradisional Islam yang mendukung perjuangan Palestina.

Selain faktor domestik, politik internasional turut mempengaruhi sikap Saudi. Kekuatan besar seperti Iran, yang menjadi musuh bebuyutan Israel dan Amerika Serikat, menjadi faktor yang turut menentukan kebijakan luar negeri Saudi. Riyadh khawatir bahwa normalisasi dengan Israel dapat memperburuk ketegangan dengan Teheran, yang selama ini mendukung kelompok-kelompok pro-Palestina di Timur Tengah. Dengan demikian, meskipun ada dorongan dari Trump untuk menjalin hubungan diplomatik yang lebih kuat antara Israel dan Arab Saudi, kesepakatan tersebut masih sulit tercapai karena berbagai tantangan politik dan diplomatik yang saling terkait.