uberpreneurs.com – Ketegangan antara Taiwan dan China kembali memanas setelah China meningkatkan ancaman militer terhadap pulau tersebut. Sejak beberapa bulan terakhir, militer China telah melakukan latihan-latihan besar di sekitar Selat Taiwan, menambah ketegangan di kawasan tersebut. Pemerintah Taiwan semakin waspada terhadap kemungkinan invasi, yang meskipun masih dipandang sebagai tindakan ekstrem, tetap menjadi ancaman nyata mengingat klaim China atas Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Ketegangan ini memicu reaksi kuat dari komunitas internasional, terutama negara-negara Barat yang memberikan dukungan tegas kepada Taiwan.
Amerika Serikat, sebagai sekutu utama Taiwan, menanggapi ancaman tersebut dengan meningkatkan dukungan militer dan diplomatik kepada Taipei. Selain mengirimkan bantuan senjata canggih, AS juga memperkuat kerjasama militer dengan negara-negara di kawasan Indo-Pasifik, termasuk Jepang dan Australia. PBB dan beberapa negara Eropa turut mengeluarkan pernyataan yang mengutuk meningkatnya ancaman China terhadap Taiwan dan menyerukan penyelesaian damai atas sengketa tersebut. Meskipun tidak mendukung kemerdekaan Taiwan secara resmi, banyak negara yang berpegang pada prinsip stabilitas regional dan kebebasan untuk memilih masa depan.
Namun, China tetap bersikukuh dengan klaimnya bahwa Taiwan adalah bagian dari negaranya, dan upaya internasional untuk mendamaikan situasi ini belum menunjukkan hasil yang signifikan. Peningkatan ketegangan ini juga berdampak pada pasar global, terutama dalam hal perdagangan dan keamanan internasional. Para analis memperingatkan bahwa konflik terbuka di Selat Taiwan bisa berimbas pada ekonomi global, mengingat peran penting Taiwan dalam rantai pasokan semikonduktor dan teknologi. Dengan ancaman perang yang semakin nyata, dunia kini menunggu langkah selanjutnya, sembari berharap diplomasi dapat menghindari eskalasi yang lebih parah.