uberpreneurs.com – Donald Trump menghadapi tantangan besar dalam upaya untuk mewujudkan normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan Arab Saudi, meskipun ia berhasil memfasilitasi beberapa kesepakatan normalisasi antara Israel dan negara-negara Arab lainnya selama masa jabatannya, yang dikenal sebagai Abraham Accords. Keinginan untuk membawa Arab Saudi ke dalam perjanjian tersebut menjadi tujuan utama bagi kebijakan luar negeri Trump, namun ada sejumlah faktor yang membuatnya sulit terwujud.
Pertama, Arab Saudi memiliki pendekatan yang lebih hati-hati dalam hubungan dengan Israel. Meskipun Arab Saudi diam-diam semakin dekat dengan Israel dalam beberapa tahun terakhir, terutama dalam menghadapi ancaman bersama dari Iran, kerajaan ini tetap berpegang pada kebijakan lama mereka terkait dengan Palestina. Arab Saudi selalu menyatakan bahwa normalisasi hubungan dengan Israel hanya akan terjadi setelah penyelesaian yang adil bagi Palestina, berdasarkan solusi dua negara yang diakui oleh masyarakat internasional.
Selain itu, masalah internal di Arab Saudi juga menjadi faktor penghambat. Pemerintah Arab Saudi, di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, harus memperhitungkan reaksi domestik dan sentimen publik yang masih sangat mendukung Palestina. Meskipun MBS (Mohammed bin Salman) telah menunjukkan sikap pragmatis terhadap Israel, membuka hubungan diplomatik secara resmi dapat menimbulkan protes dari kelompok-kelompok konservatif dan agama di dalam negeri, yang dapat merusak stabilitas politik kerajaan.
Terakhir, pengaruh dari negara-negara besar lainnya, terutama negara-negara di kawasan Teluk seperti Uni Emirat Arab (UEA) dan Qatar, serta potensi dampak terhadap hubungan Arab Saudi dengan negara-negara seperti Iran, juga menjadi pertimbangan. Arab Saudi harus menyeimbangkan kepentingan politik dan keamanan di kawasan yang penuh ketegangan ini.
Meskipun Trump berusaha keras untuk mendorong proses normalisasi, kompleksitas politik regional dan internal Saudi membuatnya sulit mewujudkan perjanjian tersebut selama masa jabatannya. Namun, pembicaraan tentang normalisasi antara Israel dan Arab Saudi tetap menjadi salah satu fokus utama dalam kebijakan luar negeri AS di masa depan.