Pemerintah China merespons meningkatnya ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat dan Kanada setelah kedua negara tersebut menerapkan kebijakan baru yang membatasi impor barang dari China. Beijing mengecam langkah tersebut dan memperingatkan bahwa mereka siap mengambil tindakan balasan jika kepentingan ekonominya terus terganggu.

Juru bicara Kementerian Perdagangan China menegaskan bahwa pembatasan perdagangan yang diberlakukan AS dan Kanada bersifat diskriminatif serta bertentangan dengan prinsip perdagangan bebas. Beijing mendesak Washington dan Ottawa untuk mengedepankan dialog ketimbang konfrontasi, guna menghindari dampak negatif terhadap ekonomi global.

China juga mengancam akan menerapkan tarif tambahan terhadap impor produk pertanian dan teknologi dari Amerika Utara jika negosiasi tidak mencapai hasil yang diharapkan. Langkah ini dianggap sebagai bentuk tekanan agar AS dan Kanada mempertimbangkan ulang kebijakan perdagangan mereka terhadap China.

Selain itu, pemerintah China meningkatkan diplomasi ekonomi dengan negara mitra lainnya untuk mengurangi ketergantungan pada pasar Amerika Utara. Beijing memperkuat hubungan dagang dengan negara-negara Asia, Eropa, dan Amerika Latin sebagai langkah strategis untuk menghadapi tekanan dari Barat.

Di tengah ketegangan ini, para analis memperingatkan bahwa eskalasi konflik perdagangan dapat merugikan semua pihak. Jika perang dagang berlanjut, sektor industri dan rantai pasok global berisiko mengalami gangguan serius. Oleh karena itu, China terus mendorong pendekatan diplomasi sambil tetap menyiapkan kebijakan balasan jika diperlukan.

Beijing berharap negosiasi dengan AS dan Kanada dapat menemukan solusi yang menguntungkan semua pihak. Namun, jika pembatasan perdagangan terus berlangsung, China siap merespons dengan langkah-langkah strategis untuk melindungi perekonomiannya.