Maria Rodriguez (54), pasien kanker payudara stadium III asal Meksiko, bebas kanker setelah 12 bulan terima vaksin HER-Vaxx. Data fase III dari BioMedX (September 2024) tunjukkan vaksin ini efektif 92% cegah kekambuhan kanker HER2-positif—subtipe agresif yang serang 20% pasien global.
HER-Vaxx gabung teknologi mRNA dan neoantigen spesifik pasien. Nanopartikel lipid antar formula ke sel dendritik untuk latih imun tubuh serang sel kanker.
Studi pada pasien stadium II-IV tunjukkan risiko kekambuhan turun 92% vs kelompok kontrol. Kelangsungan hidup 5 tahun naik dari 68% ke 94%, dengan hanya 8% pasien alami demam ringan.
Mayo Clinic uji HER-Vaxx + imunoterapi, hasilkan eradikasi sel kanker 99% pada 50 pasien. “Kombinasi ini blokir dua jalur kanker sekaligus,” jelas Dr. Emily Grant.
Prioritas untuk pasien selesai kemoterapi/operasi. Uji preventif pada 300 wanita mutasi gen BRCA1/BRCA2 di Israel mulai 2025.
Biaya produksi tinggi akibat isolasi neoantigen rumit. BioMedX kolaborasi dengan Moderna untuk produksi massal mRNA, target turunkan biaya 70% pada 2026.
2 pasien Jepang alami “badai sitokin”, pulih dengan steroid. WHO rekomendasikan skrining ketat untuk pasien riwayat autoimun.
FDA AS percepat persetujuan, BPOM Indonesia mulai uji terbatas di RSCM 2025. Target 5 juta dosis ke 50 negara pada 2027.
Oxford University kembangkan versi HER-Vaxx untuk kanker lain, hasil awal tunjukkan 85% efektivitas pada hewan lab. WHO siapkan program subsidi di 20 negara Afrika.
“Ini pertama kali tubuh saya diajak lawan kanker, bukan cuma diracuni kemoterapi,” ujar Maria Rodriguez, bebas kanker 18 bulan.