Pemerintah Indonesia resmi blokir TikTok Shop pada Januari 2024, namun kebijakan ini justru memicu gelombang migrasi kreator ke platform baru. Dalam 3 bulan, platform NFT-social commerce TokiTok dan NusantaraNFT catat kenaikan 450% pengguna baru, di mana 80% adalah mantan seller TikTok.

Migrasi Massal ke Ekosistem Web3

Contoh nyata, Dinda Pranata (27)—mantan seller TikTok Shop dengan 300 produk/bulan—kini beralih ke TokiTok. Setelah mengubah koleksi hijabnya menjadi NFT, ia raup omset 120% lebih tinggi berkat royalti 5% tiap kali NFT-nya dijual ulang.

Mekanisme NFT-Social Commerce

Platform seperti NusantaraNFT gabungkan live streaming dan marketplace NFT. Pertama, kreator upload produk fisik/desain digital sebagai NFT edisi terbatas. Kemudian, mereka promosikan via live session interaktif. Sementara itu, pembeli bisa koleksi NFT sebagai aset digital atau klaim produk fisik dengan pindai QR code.

Insentif Royalti: Passive Income untuk UMKM

Tak seperti e-commerce tradisional, platform Web3 beri kreator royalti 3-10% tiap NFT diperjualbelikan kembali. Data TokiTok tunjukkan 70% UMKM di platformnya raup Rp5-25 juta/bulan dari fitur ini. Sebagai perbandingan, di TikTok Shop, mereka tak dapat pemasukan lanjutan.

Dukungan Pemerintah & Kolaborasi Korporasi

Di tingkat regulasi, Kemenparekraf luncurkan “Pelatihan Blockchain untuk UMKM” pada Maret 2024, latih 15.000 kreator di 10 kota. Di sisi korporasi, Bank Mandiri kolaborasi dengan NusantaraNFT terbitkan kartu debit konversi crypto-rupiah otomatis.

Tantangan Teknis: Biaya Gas & Kompleksitas

Meski menjanjikan, biaya transaksi blockchain (gas fee) masih jadi penghalang. Contohnya, cetak NFT di NusantaraNFT perlu bayar Rp50.000-200.000 per item. Solusinya, platform mulai terapkan teknologi Layer-2 untuk tekan biaya hingga 80%.

Kesenjangan Literasi Digital

Survei April 2024 tunjukkan 65% seller baru gagal pahami konsep dompet digital. Untuk itu, TokiTok gelar webinar harian dengan panduan langkah-demi-langkah penggunaan NFT.

Studi Kasus: Batik Lasem Raup Rp1,2 Miliar

Komunitas Batik Lasem di Rembang sukses jual 500 NFT motif langka dalam 2 bulan. Tak hanya sebagai aset digital, NFT bisa ditukar dengan kain batik fisik atau tiket workshop membatik.

Inovasi Kuliner: Voucher Kopi dalam Bentuk NFT

Kedai kopi Bali “Kintamani Beans” jual 1.000 NFT voucher kopi seharga Rp150.000/pcs. Hasilnya, semua voucher ludes dalam 72 jam—bukti minat pasar terhadap konsep hybrid fisik-digital.

Regulasi Ketat dari Bappebti

Menanggapi maraknya transaksi kripto, Bappebti perketat aturan KYC (Know Your Customer). Syaratnya, pengguna wajib verifikasi identitas dan sumber dana sebelum cetak NFT.

Masa Depan: Integrasi AR & Metaverse

TokiTok kembangkan fitur AR (Augmented Reality) agar pembeli bisa “coba” produk digital via avatar metaverse. Proyeksi Kemenperin: nilai transaksi NFT-social commerce capai Rp15 triliun pada 2025.

Transformasi Model Bisnis Kreatif

Alhasil, pelarangan TikTok Shop justru dorong UMKM naik kelas jadi pemilik aset digital. Seperti kata Dinda: “Sekarang saya tak hanya jual produk, tapi bangun warisan digital yang terus hasilkan uang.” Dengan demikian, ekonomi kreatif Indonesia masuk babak baru yang lebih inklusif dan berkelanjutan.